Pada wihaya jemari malaikat usil menyentil
Muram masam, kantung tangis mulai berarak
Sekali sentuh kau pun dapati putik
Merintik...
Ngambruk...
Rebah dari rahim ambuda
Di dalam kamar
Di balik jendela
Tatapmu lekat, khusyuk teropong ujung jalan
Nelis nastiti...
Seluruh bayang hingga copot kutang
" kamu kapan pulang ? "
Cemasmu sebelum teruh
Menantiku hingga merah telingaku
Sampai-sampai ragaku kopong
Gemplung...
Di sini, namun tak bertuan
Dari pijakan aku berandai mampu melancong sekarang
Sudah pasti, telingamu ku kalungkan bisik aksara warada
Mengaras kening
Melaju hingga terpetik kelopak bibir nan ranum
Andai...
Lagi-lagi andai...
Entah sudah berapa kali ku muntahkan kata itu
Bahkan untuk urusan semudah ini
Ku ecap andai lagi...
Lalu jika begini
Kapan yah aku sampai padamu ?
Muram masam, kantung tangis mulai berarak
Sekali sentuh kau pun dapati putik
Merintik...
Ngambruk...
Rebah dari rahim ambuda
Di dalam kamar
Di balik jendela
Tatapmu lekat, khusyuk teropong ujung jalan
Nelis nastiti...
Seluruh bayang hingga copot kutang
" kamu kapan pulang ? "
Cemasmu sebelum teruh
Menantiku hingga merah telingaku
Sampai-sampai ragaku kopong
Gemplung...
Di sini, namun tak bertuan
Dari pijakan aku berandai mampu melancong sekarang
Sudah pasti, telingamu ku kalungkan bisik aksara warada
Mengaras kening
Melaju hingga terpetik kelopak bibir nan ranum
Andai...
Lagi-lagi andai...
Entah sudah berapa kali ku muntahkan kata itu
Bahkan untuk urusan semudah ini
Ku ecap andai lagi...
Lalu jika begini
Kapan yah aku sampai padamu ?
0 komentar:
Posting Komentar